Friday, August 26, 2011

Majelis Ta'lim Habib Abubakar bin Hasan Al Attas di Tidore


Disambut Shalawat, Pengajian Pertama Digelar

Akhirnya keinginan Almarhumah Siti Hawa, mantan kepala Sekolah SMA 1 Ternate, dan Almarhum Kol. TNI (pur) Abjan Soleman, Rohis AD, serta Muhammad Soleman, mantan anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga telah berpulang ke rahmatullah terpenuhi. Pengajian pertama Habib Abubakar bin Hasan Al Attas di Tidore, Minggu (19/6) terlaksana dengan penuh hikmad.

Setelah dihadiri ribuan jamaah pada pengajian Sabtu, (18/6)malam, suasana di kediaman Habib Abubakar pagi itu tampak ramai. Haji Awad Alkatiri dan Thaha Assagaf bersama para murid lainnya tengah mempersiapkan keberangkatan Habib Abubakar ke Tidore. Pukul 07.55, Habib keluar dari kediaman. Dengan menggunakan 3 mobil, Habib dan para murid menuju   Jembatan Residen, di jalan Pahlawan Revolusi.  Sesampainya di Jembatan Residen telah disiapkan 1 unit speedboat yang cukup mewah. Adalah Kemuning, nama dari speedboat tersebut, dengan mesin berkapasitas 300 tenaga kuda sebanyak 4 buah, perjalanan dari Ternate menuju pelabuhan Goto, Tidore terasa singkat. Jika speedboat regular memakan waktu 45 menit lebih, Kemuning hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk  mencapainya.
Pukul 08.21, Kemuning pun menambatkan talinya di pelabuhan Goto. Rombongan Habib dijemput oleh beberapa pejabat, salah satunya Muhammad Hasan Baay. Dengan menggunakan 4 mobil, rombongan Habib bergerak menuju rumah orang tuanya Ahmad Hatary, yakni Hajjah Hamisi Adam. Tak lebih 10 menit, Habib beserta rombongan telah sampai di rumah tersebut.
Di rumah yang berkesan sederhana itu, Habib dan para murid dijamu dengan hidangan yang cukup istimewa, secangkir teh hangat dan berbagai kue-kue khas daerah ini. Keramah-tamahan tuan rumah membuat suasana terasa akrab.
Berselang 20 menit, habib dan rombongan kembali meneruskan perjalanannya ke guest house untuk sejenak melepas lelah. Perjalanan yang menempuh jarak hampir 7 kilometer itu tak memakan waktu lama, hal ini karena jalan-jalan di Kota Tidore yang relative sepi, sehingga kendaraan dapat dipacu dengan kecepatan penuh.
Guest house sendiri mempunyai view yang cukup menarik. Di sebelah timur, para tamu dapat langsung melihat laut yang teduh dan dikejauhan tampak pulau Halmahera. Ketika waktu menunjukan pukul 10.01, Habib dan rombongan kembali meneruskan perjalanannya ke Masjid Nurul Yaqin. Sekadar diketahui Masjid ini peresmiannya juga dihadiri oleh Habib Abubakar bin Hasan Al Attas pada 2010. Saat Habib dan rombongan memasuki areal masjid, terdengar jelas lantunan shalawat yang disuarakan oleh para jamaah yang berada dalam masjid, seolah-olah menyambut dan mengiringi langkah habib beserta rombongan memasuki masjid.
Ratusan jamaah yang terdiri dari para wanita dan anak-anak, serta para laki-laki tampak raut muka bahagia. Saat Habib sudah mengambil tempat didepan, acara pun dimulai. Diawali dengan sambutan dari pengurus masjid, dan diteruskan dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an. Setelah pembacaan ayat suci itu, pengajian pertama di Tidore resmi dibuka. “ Jika saya datang ke Ternate, maka Hari Minggu adalah waktu saya mengajar di Tidore,” kata Habib kepada para jamaah yang hadir.
Sebenarnya, lanjut Habib, permintaan pembukaan pengajian di Tidore sudah terjadi sejak lama. “ Dari Almarhum Abjan Soleman, Muhammad Soleman sampai ke ibu Siti Hawa, telah meminta saya untuk membuka pengajian di Tidore,” kenang Habib. Namun, masih menurut Habib, kala itu dirinya belum mendapatkan izin dari Allah. “ Belum ada izin untuk membuka pengajian di Tidore,” kata Habib.
Pada pengajian pertama ini, Kitab yang dipelajari adalah Kitab Al Mukhtar Min Kalam Al Akhyar dan kitab Asyraf Ummah Muhammadiyyah ( Keutamaan Umat Rasulullah) yang kedua-duanya karangan Prof Dr. Sayid Muhammad Al Hasan bin Alwi Al Maliki Al Hasani.
Pada pembahasan kitab  Kitab Al Mukhtar Min Kalam Al Akhyar, habib menekankan pada sifat lemah lembut. “ Sifat orang di surga itu lemah lembut,” kata Habib. Dosa besar, kata Habib, adalah dosa yang ada di hati. “ Hasut, dendam dan dengki adalah salah satu contoh dosa hati,” terang Habib.
Orang yang bertakwa itu, kata Habib, adalah orang yang selalu meminta didoakan kepada orang-orang yang ditemui. “ Orang takwa merasa diri yang paling benar, itu jelas salah,” jelas Habib.
Pada pembahasan Kitab Asyraf Ummah Muhammadiyyah, Habib menekankan pentingnya sifat yang tidak melupakan kebaikan orang lain yang pernah diperbuat bagi kita. “ Dosa besar jika kita melupakan kebaikan yang pernah orang lakukan pada kita,” terang Habib.
Untuk diketahui, pada pengajian pertama Habib Abubakar ini juga hadir Hamid Muhammad, wakil wali kota Tidore, beserta para petinggi daerah lainnya. Pengajian ini sendiri berakhir pada pukul 11.50, yang kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan Shalat Dhuhur berjamaah.
Fatma salah satu ibu yang hadir pada saat pengajian itu mengatakan dirinya dan para ibu yang lain sudah menunggu sejak jam 8 pagi. “ Kami sangat bersyukur dengan adanya pengajian ini,” kata Fatma. Hal yang sama juga diamini Ratna yang mengaku mengetahui adanya pengajian ini  dari masjid. (*)

Majelis Habib Abubakar bin Hasan Alattas


Hari Pertama Pengajian, Jamaah Tumpah Ruah

Kedatangan Habib Abubakar bin Hasan Alattas ke Ternate kali ini terasa sangat spesial. Setelah hampir setahun berpisah dengan murid-murid tercintanya yang telah bersama beliau sejak tahun 80-an, tak seperti sebelumnya, kini Habib berencana akan tinggal di sini sekitar tiga bulan lamanya “Saya ini orang Ternate, makanya saya selalu kembali ke Ternate dan kita akan puasa dan tarawih bersama-sama. Dalam setiap kesempatan saya selalu mendoakan keselamatan bagi seluruh orang Ternate,” kata Habib.

Deddy Danno, Ternate

Majelis Taklim Habib Abubakar bin Hasan Alattas yang berlangsung, Sabtu (11/6), kemarin dibanjiri ribuan jamaah yang berasal dari berbagai kalangan yang ada di Kota Ternate maupun dari luar Ternate. Kerinduan jamaah yang hampir satu tahun tak bertemu dengan Habib Abubakar akhirnya terpenuhi.
Sejak pukul 19.10 WIT, para jamaah telah mulai berdatangan. Lokasi pengajian yang telah diatur sedemikian rapi oleh panitia pun mulai terisi. Di kediaman Habib bagian kiri dan belakang, diperuntukan untuk kaum wanita. Sedangkan untuk jamaah laki-laki mengambil tempat di bagian depan rumah dan di bagian barat pada bangunan yang baru dibangun. Saat jamaah mulai berdatangan, dari dalam kediaman Habib terdengar pembacaan Ratib Alathas dan Qasidah Zarana oleh murid-murid setelah usai shalat Maghrib. Saat memasuki waktu Isya, para jamaah melakukan sholat Isya di kediaman Habib secara berjamaah dan dirangkai dengan shalat witir.
Setelah selesai shalat, persiapan pengajian pun mulai digelar. Meski pada awalnya sempat terjadi pemadaman listrik, namun 15 menit sebelum acara dimulai, listrik sudah kembali normal. Panitia juga memberikan kemudahan bagi ribuan murid yang ingin menyaksikan wajah Habib dengan menempatkan lima buah proyektor yang dilengkapi dengan soundsystem.
Sekitar pukul 20.00, Habib mulai memasuki majelis. Namun, sebelum mengadakan pengajian, terlebih dulu  dilakukan pembacaan tahlil bagi para murid yang telah berpulang ke rahmatullah. Usai pembacaan tahlil, pengajian pun dibuka. Seperti biasa, terlebih dulu, pembacaan Al Fatihah yang dikhususkan pada para Guru dan murid-murid.
Sekadar diketahui, Habib Abubakar bin Hasan Alattas sejak tahun 1980 telah memulai pengajian di Ternate. Kedatangan Habib pada tahun itu, juga ‘disambut’ dengan meletusnya Gunung Gamalama. Pengajian pertama kali digelar di Masjid Al Mutaqqin di Kelurahan Gamalama dan dilanjutkan di Kampung Tengah dan Falajawa. Awal kedatangan ke Ternate, beliau mendiami rumah Muhammad bin Mukhsin Alhadar – Ayahnya Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini -. Setelah menikah dengan Syarifa Khairunisa binti Ali Alhadar, Habib kemudian menempati rumah mertuanya di samping Masjid Al Muttaqin. Habib saat itu sempat mengajar di pondok pesantren Alkhairaat Kalumpang. Pengajian saat itu tak jauh berbeda dengan pengajian yang ada sekarang, yaitu membaca kitab-kitab yang kemudian dijelaskan kepada para murid dan masyarakat yang hadir. Uniknya, dalam  setiap kesempatan mengajar, Habib selalu membahas secara beruntun beberapa buah kitab dengan pokok bahasan yang beragam mulai dari kitab tauhid, fiqih, sejarah Rasul, etika, dan tasawuf.
Pada malam minggu kemarin, kitab yang dibahas adalah Insanul Kamil karangan Prof Dr. Sayid Muhammad Al Hasan bin Alwi Al Maliki Al Hasani, Kitab Manhaj Sawi karangan Habib Zain bin Smith, dan Kitab Al Mukhtar Min Kalam Al Akhyar karangan Prof Dr. Sayid Muhammad Al Hasan bin Alwi Al Maliki Al Hasani. Kedua pengarang kitab itu  merupakan guru dari Habib Abubakar bin Hasan Alattas Kitab Insanul Kamil sendiri dibaca oleh DR. Jafar Assagaf berisikan tentang Akhlaq Rasulullah. “Mukjizat para nabi yang ada, seluruhnya ada di Nabi Muhammad, namun mukjizat yang ada di diri Rasulullah saw., tak dimiliki oleh para nabi terdahulu,” ujar beliau. Jika Nabi Musa as, kata Habib, pingsan 40 hari lamanya hanya karena melihat Nur Allah, maka Nabi Muhammad bertemu langsung dengan Allah pada kejadian Isra Miraj. “Betapa mulianya derajat Rasulullah shalallahualihi wasalam, dan seharusnya kita mencintai Rasullah melebihi cinta  pada yang lain di muka bumi ini,” kata Habib Abubakar. Selain itu, kata Habib, orang yang mengenal dekat Nabi Muhammad, maka hati mereka lembut, karena hati Rasulullah sangat lembut.
Dalam Kitab Karangan Habib Zain bin Smith mengandung pengertian tentang pentingnya membaca kitab-kitab salaf (kitab karangan ulama-ulama masa awal Islam). Bila kitab-kitab ini pernah dibaca, maka perbedaan-perbedaan khilafiyah di kalangan umat yang tampak akan dapat dimaklumi. “Kalau ada yang shalat subuh tidak baca doa qunut, atau bila ada yang tidak tahlil jangan marah, karena mereka mempunyai dalil sendiri. Dalam kitab-kitab salaf ini semua dijelaskan, karenanya yang sering membaca kitab-kitab salaf tahu ceritanya,” jelas Habib.
Sedangkan pada Kitab Al Mukhtar Min Kalam Al Akhyar, meskipun baru muqadimah namun tersirat dalam kitab tersebut akan dibahas mengenail Ma’rifatullah atau Mengenal Allah. “Manusia akan mengenal Allah, jika hubungannya dengan sesama manusia terjalin dengan baik. Seseorang tak bisa dekat dan mengenal Allah, jika pada saat dia mempunyai kelebihan harta, dia tak membagikannya ke tetangga yang dilanda kesusahan,” jelas Habib.
Pengajian Habib Abubakar bin Hasan Alattas rencananya akan digelar setiap malam Minggu dan malam Kamis, serta pada Minggu malam diadakan pembacaan Maulid Diba selama 3 bulan ke depan. “Dalam waktu dekat ini, pengajian ini, juga akan digelar di Tidore,” terang Habib.